Minggu, 15 Maret 2015

Perkembangan islam di Indonesia

A.   Awal Masuknya Islam di Indonesia
1.  Bukti-bukti Masuknya Islam di Indonesia
Kapan tepatnya Islam mulai masuk ke Indonesia dan siapa yang membawa dan menyebarkannya masih diperdebatkan oleh para sejarawan. Tetapi di luar itu, semua sepakat bahwa Islam mempunyai sejarah yang panjang di Nusantara dan telah sangat mempengaruhi kebudayaan masyarakat Indonesia secara umum. Dari beberapa temuan yang diperoleh, sejumlah pakar sejarah yakin bahwa Islam telah masuk ke Indonesia di saat agama Hindu dan Budha masih sangat berpengaruh sebagian besar kerajaan di Nusantara, bahkan ada temuan yang menandakan Islam telah masuk di awal abad hijriah atau sekitar abad VII M. Beberapa bukti tersebut antara lain adalah :
a.   Surat Raja Kerajaan Sriwijaya; Hal ini dikemukakan oleh Prof. Dr. Azyumardi Asra dalam bukunya "Jaringan Ulama Nusantara". Dalam buku tersebut dijelaskan, Raja dari Kerajaan Sriwijaya mengirim surat kepada kepada Umar bin Khattab yang berisi ucapan selamat atas terpilihnya Umar bin Khattab sebagai pemimpin Islam menggantikan Abu Bakar As Siddiq. Hal ini menandakan Islam telah masuk ke wilayah Kerajaan Sriwijaya.          
b.   Makam Fatimah binti Maimun; Makam ini berada di Leran, Gresik yang berangka tahun 1082. Hal ini membuktikan bahwa Islam telah masuk ke wilayah Jawa pada abad ke-11.
c.   Catatan Marcopolo (1291); Ia menulis bahwa di Perlak agama Islam telah berkembang pesat, begitu juga di wilayah Jawa.
d.   Makam Sultan Malik As Saleh (1297); Sultan Malik As Saleh adalah Raja Samudra Pasai. Di batu nisannya tertulis 639 H atau 1297.
e.   Catatan Ibnu Battuta (1345); Ia menceritakan bahwa Raja Samudra Pasai telah menganut agama Islam, sangat baik terhadap ulama dan rakyatnya. Di sana, Ibnu Battuta bertemu dengan para pedagang dari India, Cina, dan para pedagang dari Jawa.
f.    Catatan Ma-Huan (Cina); Ia menceritakan bahwa masyarakat Pantai Utara Jawa Timur telah memeluk Islam.
g.   Buku Suma Oriental dari Tome Pires (Portugis) tahun 1512 – 1515; Menurut Tome Pires, agama Islam berkembang di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Maluku.
2.  Peran pedagang dan ulama dalam penyebaran agama Islam di Indonesia
a.   Peran pedagang
Seperti pada sejarah penyebaran ajaran Hindu dan Budha, peran pedagang dalam penyebaran agama Islam di tanah air sangat vital. Para pedagang asal timur tengah dan India yang beragama Islam secara langsung maupun tidak langsung mulai menyebarkan Islam kepada masyarakat. Bahkan dalam melakukan kegiatannya para pedagang yang berasal dari Asia Barat tersebut tidak langsung pulang, melainkan menetap sementara atau selamanya sehingga berdirilah banyak perkampungan muslim (pekojan). Inilah salah satu faktor yang menjadikan ajaran Islam berkembang cepat di Indonesia
b.   Peran ulama
Di awal masuknya Islam di Indonesia para ulama yang berdakwah untuk menyebarkan Islam datang langsung dari negeri-negeri Islam. Para ulama tersebut menyebarkan agama Islam di wilayah Indonesia, baik di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Di Jawa para ulama yang terkenal sangat berjasa dalam perkembangan Islam adalah Wali Sanga. Proses dakwah wali sanga dilakukan dengan halus, damai dan menyesuaikan kondisi masyarakat setempat. Para wali sanga tersebut terdiri dari:
1)   Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), datang ke Jawa Timur pada tahun 1397, wafat dan dimakamkan di Gresik tahun 1419. Beliau seorang ahli tata negara, sehingga dalam menyebarkan ajaran Islam menggunakan cara yang halus, tidak menentang adat istiadat penduduk asli yang masih memeluk agama Hindu ataupun Budha.
2)   Sunan Ampel (Raden Rahmad) berasal dari Jeumpa, Aceh. Datang ke Jawa pada tahun 1421, wafat dan dimakamkan di Ampel Surabaya pada tahun 1494. Guna menyebarkan ajaran Islam, beliau mendirikan pesantran Ampel Denta. Salah satu ajaran yang terkenal dari Sunan Ampel adalah ajaran Mo Limo yaitu : emoh main (tidak berjudi), emoh ngombe (tidak minum-minuman keras), emoh madat (tidak candu), emoh maling (tidak mencuri) dan emoh madon (tidak berzina).
3)   Sunan Bonang (R. Makdum Ibrahim), beliau adalah putra Sunan Ampel. Lahir tahun 1465, wafat tahun 1525 dan dimakamkan di Tuban. Sunan Bonang menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Beliau pencipta Gending Durma dan Kitab Primbon Sunan Bonang.
4)   Sunan Drajat (R. Syarifuddin), beliau juga putra dari Sunan Ampel, berkedudukan di Drajat Sedayu, dekat Surabaya. Dalam mengajarkan Islam pada masyarakat, beliau melakukan pendekatan seni dan sosial. Dalam bidang seni, beliau menghasilkan karya, yaitu Gending Pangkur.
5)   Sunan Giri (Raden Paku), berkedudukan di Giri, penyebarannya sampai Ternate, Tidore. Beliau mengajarkan Islam melalui kesenian. Adapun hasil karyanya yang cukup dikenal antara lain: Gending Asmorondono, Gending Pocung, Lir Ilir, Cublak-cublak Suweng.
6)   Sunan Kudus (Ja’far Shodiq), berasal dari Palestina datang ke Jawa pada tahun 1436 dan berkedudukan di Kudu. Beliau menyebarkan Islam melalui pendekatan seni. Beliau menciptakan Gending Maskumambang dan Mijil. Beliau juga telah membangun Masjid Kudus.
7)   Sunan Kalijaga (R. Mas Said), berkedudukan di Kadilangu, Demak. Beliau seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Dalam mengajarkan Islam, beliau menggunakan media seni wayang. Beliau menciptakan Gending Dandang Gula dan Semarangan.
8)   Sunan Muria (R. Umar Said), putra Sunan Kalijaga yang berkedudukan di Lereng Gunung Muria, penyebarannya di Colo. Beliau mengajarkan Islam kepada masyarakat melalui pertunjukan seni. Hasil karyanya adalah Gending Sinom dan Gending Kinanthi.
9)   Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), merupakan putra dari Syarif Abdulah penguasa Palestina yang menikah dengan putri Prabu Siliwangi. Setelah remaja beliau memilih berdakwah ke Pulau Jawa dengan berguru kepada Sunan Ampel. Beliau merupakan peletak dasar-dasar Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon. Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1570 , dan dimakamkan di Gunung Jati, Cirebon Jawa Barat.
Adapun peran penting Wali Sanga dalam masyarakat antara lain:
a.   Peranan wali di bidang agama adalah menyebarkan agama melalui berbagai cara, yaitu: melalui pondok-pondok pesantren yang mereka dirikan dan melalui dakwah.
b.   Peranan wali di bidang sosial budaya adalah memadukan budaya pra Islam ke dalam budaya Islam sehingga melahirkan corak budaya baru sebagai asimilasi budaya.
c.   Peranan wali di bidang politik adalah sebagai pendukung keberadaan suatu kerajaan; Sebagai penasihat raja (Sunan Kalijaga); Sebagai raja (Sunan Gunung Jati).
Selain Wali sanga, masih banyak ulama lain, di antaranya : Syekh Bentong menyebarkan Islam di Gunung Lawu; Sunan Bayat menyebarkan Islam di Klaten; Syekh Majagung menyebarkan Islam di Jawa; Sunan Sendang menyebarkan Islam di Jawa; Datuk Ri Bandang menyebarkan Islam di Makassar; Datuk Sulaeman menyebarkan Islam di Sulawesi; Tuan Tunggang Paranggang menyebarkan Islam di Kalimantan; Penghulu Demak menyebarkan Islam di Kalimantan.
B.   Perkembangan Islam di Indonesia
1.  Cara penyebaran Islam di Indonesia
Penyebaran Islam dilaksanakan lewat beberapa jalur, antara lain :
a.   Perdagangan; Sambil melakukan aktivitas perdagangan, para pedagang Gujarat, Arab, dan Persia menyebarkan Islam. Setelah selesai berdagang, para pedagang tersebut melakukan ibadah di sekitar tempat berdagang. Banyak pedagang Indonesia yang tertarik akan ajaran Islam, sehingga pedagang Indonesia yang kembali dari Malaka membawa ajaran agama Islam yang didapatkan dari para pedagang Islam.
b.   Perkawinan; Pedagang Gujarat, Arab dan Persia yang menetap di Indonesia membentuk perkampungan dan menikah dengan wanita-wanita Indonesia terutama putri raja/bangsawan. Karena pernikahan itulah, banyak keluarga raja atau bangsawan masuk Islam.
c.   Pendidikan; Para ulama dan wali mendirikan pondok pesantren, hingga banyak pemuda-pemuda dari daerah dan dari berbagai macam kalangan masyarakat belajar agama Islam di pesantren itu. Setelah selesai, mereka menyebarkan ajaran Islam dengan cara mendirikan pondok pesantren di daerah masing-masing.
d.   Dakwah; Masyarakat Indonesia pada umumnya menerima agama Islam dengan cara mendengarkan dakwah dari wali, ulama, dan tokoh-tokoh masyarakat.
e.   Akulturasi kebudayaan; Untuk mempermudah dan mempercepat perkembangan agama Islam, penyebaran agama Islam juga dilakukan melalui penggabungan dengan unsur-unsur kebudayaan yang ada pada suatu daerah tertentu. Misalnya pertunjukan wayang kulit, kesusastraan.
2.  Faktor pendukung perkembangan Islam di Indonesia
Agama Islam berkembang cepat di Indonesia, hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a.       Secara alami, masyarakat Indonesia sudah mempunyai keyakinan akan adanya kekuatan yang mengatur makhluk hidup. Jadi konsep ketuhanan akan mudah masuk ke dalam pikiran masyarakat.
b.      Masuk ke dalam Islam syaratnya sangat mudah.
c.       Dalam Islam tidak mengenal adanya kasta.
d.      Para pedagang dan ulama yang berdakwah, menyebarkan Islam dengan damai dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat.
e.       Mulai melemahnya pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha.
 
sumber:
 http://dzakibelajar.blogspot.com/2013_07_01_archive.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar