Minggu, 15 Maret 2015

Bentuk muka bumi

A. Proses Pembentukan Muka Bumi
Bentuk muka bumi yang kita tempati ini tidaklah rata. Muka bumi terbentuk karena adanya 2 tenaga yang besar yaitu tenaga endogen/tenaga yang berasal dari dalam bumi. Yang kedua yaitu tenaga eksogen/tenaga yang berasal dari luar kulit bumi.
1.  Tenaga endogen
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam perut bumi. Dalam proses pembentukan permukaan bumi tanaga endogen bersifat membangun atau membentuk permukaan bumi baru. Berdasar penyebabnya tenaga endogen dikelompokkan menjadi:
a.  Diastropisme (tektonisme)
Diastropisme adalah tenaga yang bekerja dari dalam bumi yang mengakibatkan pergeseran dan perubahan posisi lapisan batuan sehingga mengubah bentuk muka bumi. Tenaga ini dapat mengakibatkan pergeseran dan perubahan letak lapisan batuan secara horizontal/vertikal.
1.  Gerakan diastropisme dibedakan menjadi:
a. Gerak epinogenetik adalah gerak naik turunnya lapisan kulit bumi secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama dan meliputi daerah yang luas. 
b. Gerak orogenetik adalah gerakan pada lapisan kulit bumi secara horizontal maupun vertikal akibat pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang terjadi sangat cepat serta meliputi wilayah yang sempit.
2.  Berdasarkan bentuknya, proses diastropisme dibedakan atas patahan dan lipatan.
a. Lipatan terjadi jika tenaga endogen yang bersifat horizontal bekerja pada kulit bumi yang mengakibatkan kulit bumi mengerut atau melipat. Bagian yang terlipat ke atas dinamakan punggung lipatan (antiklinal), sedangkan yang melipat ke bawah dinamakan lembah lipatan (sinklinal). Macam-macam lipatan diantaranya:
1. Lipatan tegak (symmetrical folds), terjadi karena pengaruh tenaga horizontal sama atau tenaga radial sama dengan tenaga tangensial.
2.  Lipatan miring (asymmetrical fold), terjadi karena arah tenaga horizontal tidak sama.
3. Lipatan isoklinal, di mana lipatan yang terjadi sangat rapat sehingga unsur-unsur pembentuknya sejajar satu sama lain.
4.  Lipatan rebah (overturned folds), terjadi karena arah tenaga horizontal dari satu arah.
5. Sesar sungkup (overthrust), terjadi karena adanya pergerakan pada sepanjang kerak bumi.
b. Patahan terjadi akibat tenaga endogen yang relatif cepat, baik secara vertikal maupun horizontal. Jenis-jenis patahan sebagai berikut:
1. Sesar (faults) yaitu retakan pada kerak bumi akibat adanya pergeseran pada batuan. Sesar terbagi menjadi dua yaitu sesar naik dan sesar turun. Sesar naik, adalah gejala pergeseran gerakan sesar yang atap sesarnya bergerak ke atas (vertikal). Sesar turun, adalah gejala gerakan sesar yang atap sesarnya bergerak turun terhadap alas sesarnya.
2. Horst/pematang, yaitu bagian dari patahan yang meninggi atau muncul lebih tinggi dari daerah sekitarnya, berbentuk memanjang seperti pematang. 
3.  Graben/slenk (terban), yaitu sebuah jalur batuan yang terletak di antara dua bidang/bagian yang tinggi, dan masing-masing dipisahkan bidang patahan.
4. Step faulting, yaitu seperangkat gejala sesar turun dengan arah lempengan yang sama, merupakan sesar yang bentuknya seperti tangga.
b.  Vulkanisme
Vulkanisme yaitu segala peristiwa yang berhubungan dengan menyusupnya magma atau keluarnya magma ke permukaan bumi. Magma adalah cairan pijar dan panas yang terdapat dalam perut bumi. Sedang lava adalah magma yang sudah keluar ke permukaan bumi. Peristiwa vulkanisme meliputi:
1. Intrusi magma yang terjadi jika aktivitas penyusupan magma masih berada di dalam kulit bumi dan belum mencapai permukaan bumi. Bentuk intrusi magma antara lain:
a.  Batholit, yaitu dapur magma yang membeku.
b. Sill, yaitu magma yang masuk di antara lapisan kulit bumi dan membeku. Sehingga, membentuk lempengan yang memanjang.
c.  Lakolit, yaitu magma yang berada di antara lapisan batuan dan mendesak lapisan di atasnya. Lakolit bentuk alasnya datar, sedangkan bentuk permukaannya cembung.
d.  Gang/korok, yaitu magma yang menerobos lapisan kulit bumi diatasnya dan membeku. Jadi, bentuk gang/korok seperti pipa.
e.  Amphofisa, yaitu cabang dari gang/korok.
f.  Diatrema, yaitu batuan yang mengisi pipa letusan.
2. Ekstrusi magma
Ekstrusi magma yaitu peristiwa penyusupan magma hingga mencapai permukaan bumi.  Peristiwa ini disebut juga letusan gunung api (erupsi). Ekstrusi magma terjadi jika tekanan gas cukup kuat dan ada retakan di kulit bumi. Erupsi dapat berupa lelehan melalui rekahan pada lapisan batuan, dapat pula berupa ledakan melalui lubang kepundan.
a.  Macam-macam erupsi
1. Berdasarkan proses keluarnya, erupsi magma ada tiga bentuk, yaitu:
a. Erupsi linier, yaitu magma yang keluar melalui retakan pada kulit bumi, bentuknya memanjang sehingga terbentuk deretan kerucut gunung api.
b. Erupsi areal, yaitu magma meleleh pada permukaan bumi karena letak magma sangat dekat dengan permukaan bumi, sehinggga terbentuk kawah gunung api yang sangat luas.
c. Erupsi sentral, yaitu magma keluar melalui sebuah lubang di permukaan bumi dan membentuk gunung yang letaknya tersendiri. 
2. Berdasarkan sifatnya, erupsi magma dibedakan menjadi:
a. Erupsi eksplosif (vulkanik), yaitu erupsi yang terjadi jika letusannya menimbulkan ledakan yang memuntahkan material vulkanik padat dan cair akibat tekanan gas yang kuat.
b. Erupsi efusif, yaitu erupsi yang terjadi karena sifat tekanan gas magma yang lemah, dengan material yang dikeluarkan berupa lelehan lava.
c. Erupsi campuran, merupakan erupsi eksplosif yang terjadi bersamaan dengan erupsi efusif.
3. Berdasarkan sifat lava dan kekuatan erupsinya, bentuk-bentuk gunung api dibedakan menjadi:
a. Gunung api perisai (tameng/prisma) terjadi karena lavanya sangat cair, tekanan gas rendah, dan dapur magma sangat dangkal. 
b. Gunung api maar (kubah/corong) terbentuk karena letusan (eksplosif) yang mengeluarkan material lepas (eflata). Material ini membentuk tanggul di sekeliling lubang kepundan. Dapur magma pada gunung tipe ini sangat dangkal dan relatif kecil, serta hanya mengalami satu kali erupsi, yang selanjutnya aktivitas gunung api berhenti.
c. Gunung api strato (kerucut) terjadi karena letusan (eksplosif) dan lelehan (efusif) silih berganti. Material padat dan cair yang dikeluarkan menimbun di sekitar lubang kepundan sehingga lerengnya berlapis-lapis (strato). 
b. Faktor yang memengaruhi kuat dan lemahnya ledakan gunung api, antara lain:
1. Tekanan gas → semakin besar tekanan gas saat terjadi ledakan, akan semakin kuat pula ledakan gunung api, dan sebaliknya.
2. Kedalaman dapur magma → semakin dalam dapur magma, akan semakin besar/kuat ledakan gunung api, dan sebaliknya.
3. Luas sempitnya dapur magma/sumbernya → semakin luas dapur magma, akan semakin kuat ledakan gunung api, dan sebaliknya.
4. Sifat magma → magma yang bersifat kental akan semakin kuat ledakannya dibandingkan dengan magma yang bersifat cair.
c. Gunung api yang sudah kurang aktif, memiliki tanda-tanda yang disebut gejala post vulkanik yaitu peristiwa yang terdapat pada gunung api yang sudah mati atau yang telah meletus. Dan gejala-gejala yang terjadi dari post vulkanik antara lain:
1. Mata air panas yang dimanfaatkan untuk pengobatan.
2. Bahan-bahan gas, diantaranya
a. Solfatar atau sumber gas belerang (H2S).
b. Mofet atau sumber gas asam arang (CO2). 
c. Fumarol yaitu sumber gas yang mengeluarkan air (H­2O).
3Geyser yaitu mata air yang memancarkan air panas secara periodik.
c.  Gempa bumi (seisme)
Gempa bumi yaitu peristiwa bergetarnya lapisan bumi sebagai akibat adanya pergeseran lapisan kulit bumi. Ilmu yang khusus mempelajari tentang gempa bumi disebut seismologi. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa disebut seismograf.
1. Macam-macam gempa diantaranya:
a. Berdasarkan faktor penyebabnya, gempa bumi dibedakan menjadi:
1. Gempa tektonik, yaitu gempa bumi yang disebabkan oleh tenaga tektonik, berupa pergeseran lapisan kulit bumi atau dislokasi.
2. Gempa vulkanik, yaitu gempa bumi yang terjadi karena aktivitas gunung api.
3. Gempa runtuhan/terban, yaitu gempa yang terjadi karena runtuhan tanah. Gempa ini terjadi di gua-gua kapur dan daerah penambangan bawah tanah.
4. Gempa buatan, yaitu gempa yang terjadi akibat ulah manusia.
b. Berdasarkan intensitasnya, gempa bumi dibedakan menjadi:
1. Gempa dengan intensitas/kekuatan tinggi (macroseisme), dapat diketahui tanpa menggunakan alat.
2. Gempa dengan intensitas/kekuatan kecil (microseisme), dapat diketahui dengan alat pengukur gempa.
c. Berdasarkan letak terjadinya, gempa dibedakan menjadi:
1. Gempa episentrum, yaitu gempa yang terjadi di tepi kerak/lempeng samudra maupun lempeng benua.
2. Gempa hiposenstrum, yaitu gempa yang terjadi pada kedalaman tertentu pada lempeng samudra maupun lempeng benua.
d. Berdasarkan bentuk episentrumnya, gempa dibedakan menjadi:
1. Gempa sentral, yaitu episentrumnya berbentuk titik.
2. Gempa linear, yaitu episentrumnya berbentuk garis.
e. Berdasarkan letak hiposentrumnya, gempa bumi dibedakan menjadi:
1. Gempa dangkal, yaitu gempa yang letak hiposentrumnya berada kurang dari 100 km di bawah permukaan bumi.
2. Gempa menengah, yaitu gempa yang letak hiposentrumnya berada antara 100-300 km di bawah permukaan bumi.
3. Gempa dalam, yaitu gempa yang letak hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi.
2. Macam gelombang gempa, yaitu
a.  Gelombang longitudinal atau gelombang primer (P): gelombang yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan 7-14 km per detik.
b. Gelombang transversal atau gelombang sekunder (S): gelombang yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan 4-7 km per detik.
c.  Gelombang panjang (L): merupakan gelombang permukaan dengan kecepatan lebih lambat.
3. Skala pengukur kekuatan gempa
a.  Skala Omori; Omori membuat skala gempa dengan tingkat skala I (gempa terlemah) sampai dengan tingkat skala VII (gempa terkuat). Skala Omori mengukur tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh gempa dan tergantung pada kondisi lokal. Skala mutlak Omori yaitu besarnya percepatan getaran gempa dalam satu detik.
b.  Skala Mercalli; Skala Mercalli merupakan skala gempa dengan 12 tingkat kekuatan gempa. Skala I untuk kekuatan gempa terlemah dan tingkat skala XII untuk kekuatan gempa terkuat. Skala Mercalli berdasarkan tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh gempa yang sesuai dengan kondisi setempat.
c. Skala Richter; Skala Richter berdasarkan magnitudo gempa secara empiris. Satuan skala richter yaitu MMI (magnitudo gempa berdasarkan kerusakan-kerusakan yang terjadi secara relatif). Rumus skala Richter yaitu: M = log A (MM) + 3 log Ä (km) – 2,93 di mana:
M = Magnitudo gempa, A = Amplitudo gempa dalam seismogram, Ä = jarak getaran gempa
Tingkatan skala kekuatan gempa menurut Richter adalah sebagai berikut:
Magnitudo
Tingkatan klasifikasi
> 8
7 – 8
6 – 7
5 – 6
4 – 5
3 – 4
0 – 3
National disaster (bencana nasional)
Major earthquakes (gempa besar)
Destructive earthquakes (gempa destruktif) 
Damaging earth (gempa merusak)
Strongly felt quake (gempa keras)
Small quake (gempa kecil)
Small shock quake (goncangan kecil)
2. Tenaga eksogen
Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi yang berpengaruh terhadap permukaan bumi. Tenaga ini bersifat merusak yaitu memotong (to cut) daerah yang tinggi dan mengisi (to fill) daerah yang rendah. Tenaga eksogen diantaranya:
a.  Pelapukan
Pelapukan merupakan peristiwa hancurnya bentuk gumpalan menjadi butiran yang kecil bahkan dapat larut dalam air oleh zat-zat penghancur, seperti air, sinar matahari, angin, hujan, makhluk hidup, dan zat kimia.
Dilihat dari daerahnya, kecepatan pelapukan ditentukan oleh kemiringan lereng; tingkat kekuatan atau kekompakan batuan; keadaan vegetasi; unsur kimia yang terkandung dalam batuan.
Sedang bila dilihat dari tenaga yang menyebabkan, kecepatan pelapukan ditentukan oleh unsur kimia yang terkandung dalam tenaga pelapuk; kekuatan tenaga pelapuk, seperti kekuatan aliran air, angin, dan gletser; organisme yang merusak atau melakukan pelapukan; temperatur.
Ø  Macam-macam pelapukan, yaitu:
1. Pelapukan fisika/mekanik; yaitu pelapukan yang terjadi karena perbedaan temperatur yang besar pada waktu siang dan malam sehingga batuan mengalami ketegangan dan menyebabkan batuan pecah. Proses pelapukan ini bisa terjadi karena penyinaran matahari, perubahan suhu, dan pembekuan air pada celah-celah batuan. Macam dari pelapukan fisika diantaranya:
a. Disintegrasi yaitu hancurnya batuan yang tidak disertai proses kimiawi.
b. Insolasi yaitu hancurnya batuan di daerah gurun karena penyinaran matahari.
c. Pelapukan es yaitu pelapukan yang disebabkan oleh air yang mengisi retak dan celah dalam batuan yang membeku pada malam hari dan mengembang pada siang hari secara terus-menerus, sehingga menyebabkan batu pecah.
d. Reradiasi yaitu panas yang terserap batuan akan memancar ke atmosfer pada malam hari, sehingga terjadi penyusutan volume dan batuan akan hancur.
2. Pelapukan kimiawi; yaitu pelapukan yang terjadi secara kimiawi. Pelapukan kimiawi juga disebut dengan dekomposisi. Macam dari pelapukan kimiawi diantaranya:
a. Proses oksidasi, yaitu proses pelapukan kimia yang disebabkan oleh oksigen. Contohnya besi yang bereaksi dengan oksigen akan mengalami pelapukan atau berkarat.
b. Proses hidrolisa, yaitu proses pelapukan kimia yang disebabkan oleh air. Contohnya yaitu batuan kapur yang retak yang disusupi air hujan yang mengandung CO2 sehingga akan melarutkan batu kapur yang dilaluinya. Lama kelamaan retakan batu kapur akan bertambah lebar dan besar dan terbentuk goa-goa kapur. Larutan kapur yang mengendap dan menempel di langit-langit goa akan membentuk stalaktit dan bila mengendap dan menempel di dasar goa akan membentuk stalagmit.
c. Proses karbonasi, yaitu pengikatan atom C sehingga terbentuk CO2 ke dalam batuan. Contohnya, tembaga akan mambentuk warna hijau.
3. Pelapukan organis atau biologis; yaitu pelapukan yang disebabkan oleh organisme baik tumbuhan, hewan, maupun manusia. Contohnya hancurnya batuan akibat akar dari tumbuhan atau binatang-binatang yang melubangi lapisan batuan dan melapukkan batuan.
b.  Erosi/pengikisan
Erosi adalah proses terelepasnya atau berpindahnya material hasil pelapukan oleh tenaga air, angin, gletser, gelombang. Macam-macam erosi diantaranya:
1. Erosi air yaitu erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir. Bentuk aliran yang timbul akibat erosi air yaitu:
a. Erosi percikan (splash erosion)
b. Erosi permukaan (sheet erosion)
c. Erosi alur (riil erosion)
d. Erosi parit (gully erosion)
e. Erosi air terjun (water fall erosion)
Erosi air menyebabkan terjadinya lembah-lembah yang dalam, ngarai, jurang yang dalam sehingga keadaan relief menjadi lebih kasar dibanding sebelumnya.
2. Erosi angin (korasi/deflasi), yaitu proses terkikis dan terangkutnya batuan/tanah oleh tenaga angin. Bentuk erosi dari angin berupa lubang-lubang hasil tiupan angin (blow holes). Bentuk hasil endapannya berupa bukit-bukit pasir (sand dunes) sedang endapan lebih halus dari pasir (loess).
3. Erosi gletser/es yaitu proses terkikisnya tanah atau batuan oleh tenaga cairan es/gletser. Erosi oleh tenaga cairan es yang mengalir menuruni lereng disebut dengan eksarasi. Bentuk erosi gletser berupa ledok berundak (cirques) dan palung glasial. Bentuk sisa dari erosi ini adalah puncak bukit yang mirip tanduk (matterhorn peaks) dan jereng-jereng yang kasar dan tajam (aretes). Sedangkan hasil endapan erosi gletser berupa morena, drumlin, dan esker.
4. Erosi ombak/gelombang laut yaitu proses terkikisnya batuan di daerah pantai terjal yang disebabkan oleh terpaan ombak/gelombang air laut. Bentuk erosi gelombang berupa gua-gua laut dan celah-celah, serta lengkung laut. Bentuk sisa erosi gelombang berupa dasar pantai yang datar (platform) dan tanjung dengan ujung yang curam. Hasil endapan dari erosi ini berupa gosong pasir (bars) dan dasar laut yang dangkal dengan endapan sementara di dalamnya (beach).
c.  Sedimentasi
Sedimentasi adalah pengendapan hasil erosi yang dibawa oleh air, angin, gelombang laut dan gletser. Macam-macam dari sedimentasi diantaranya:
1. Sedimentasi oleh sungai, proses pengangkatan material-material oleh aliran sungai yang bahan-bahan berat diendapkan pada dasar sungai sehingga terjadi penumpukan sementara bahan-bahan ringan terangkat sampai muara. Hal ini yang menimbulkan suatu delta, yaitu endapan lumpur atau pasir yang terjadi di muara sungai yang mendekati laut.
2.  Sedimentasi oleh angin, proses ini membentuk beberapa wujud, yaitu
a. Tanah loss, merupakan debu yang dibawa oleh angin dari gurun pasir yang mengendap di sekitar gurun.
b. Sand dunes, yaitu gundukan pasir di tepi pantai hasil endapan erosi angin.
c. Barchan, yaitu gundukan pasir berbentuk seperti tapal kuda hasil endapan erosi angin.
3. Sedimentasi oleh gelombang laut, proses yang terjadi dari sedimen ini berupa tanggul pantai yang disebut beach ridge. Tanggul pantai adalah gundukan pasir yang memanjang seperti tanggul di tepi pantai sebagai hasil pengendapan pasir yang dibawa oleh gelombang laut.
4. Sedimentasi oleh gletser, proses sedimentasi ini berupa gundukan batuan yang tertinggal di ujung gletser. Proses ini dapat membentuk morena, kettles, esker, dan drumlin.
d.  Mass wasting (pengangkutan material)
Mass wasting terjadi karena adanya gaya gravitasi bumi sehingga terjadi pengangkutan atau perpindahan material dari satu tempat ke tempat lain. Proses pengangkutan material ini berlangsung dalam empat jenis pergerakan material, yaitu:
1. Jenis pergerakan pelan/rayapan (slow flowage), yaitu jenis mass wasting yang gerakannya sangat lambat dan tidak dapat dilihat secara langsung. Jenis dari pergerakan ini diantaranya:
a.  Rayapan tanah, yaitu gerakan tanah menuruni lereng.
b.  Rayapan talus, yaitu gerakan puing batuan hasil pelapukan pada lereng curam yang menuruni lereng.
c.  Rayapan batuan, yaitu gerakan blok-blok secara individual yang menuruni lereng.
d. Rayapan batuan gletser (rock glatsyer creep), yaitu gerakan lidah-lidah batuan yang tercampak menuruni lereng.
e.  Solifluksi, yaitu aliran pelan masa batuan yang banyak mengandung air menuruni lereng di dalam saluran tertentu.
2. Jenis pergerakan cepat (rapid flowage), yaitu gerakan massa batuan atau tanah yang gerakannya sangat cepat. Jenis dari pergerakan ini diantaranya:
a. Aliran tanah (earth flow), yaitu gerakan berlempung atau berlumpur yang banyak mengandung air menuruni teras atau lereng perbukitan yang kemiringannya kecil.
b. Aliran lumpur (mud flow), yaitu gerak puing batuan yang banyak mengandung air menuruni saluran tertentu secara pelan hingga sangat cepat.
c. Gugur puing (debris avalaches), yaitu puing-puing batuan yang meluncur di dalam saluran sempit menuruni lereng curam.
3. Tanah lonsor (landslide), yaitu runtuhnya massa batuan atau tanah ke bawah lereng. Jenis pergerakan ini diantaranya:
a.  Luncur, yaitu gerakan penggelinciran dari satu atau beberapa unit puing batuan, atau biasanya disertai suatu putaran ke belakang pada lereng atas di tempat gerakan tersebut terjadi.
b.  Longsor puing, yaitu peluncuran puing batuan yang tidak terpadatkan, dan berlangsung cepat tanpa putaran ke belakang.
c.  Jatuh puing, yaitu puing batuan yang jatuh hampir bebas dari suatu permukaan yang vertikal atau menggantung.
d. Longsor batu, yaitu massa batuan yang secara individu meluncur atau jatuh menuruni permukaan lapisan atau sesaran.
e.  Jatuh batu, yaitu blok-blok batuan yang jatuh secara bebas dari lereng curam.
4. Amblesan (subsidence), yaitu pergeseran tempat ke arah bawah tanpa permukaan bebas dan tidak menimbulkan pergeseran horizontal. Peristiwa ini banyak terjadi di daerah-daerah gua kapur dan daerah bekas tambang

sumber:
 http://dzakibelajar.blogspot.com/2013_01_01_archive.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar