Selasa, 24 Maret 2015

Lagu Anak-Anak di Dunia yang Ternyata Menyimpan Misteri

London Bridge is Falling Down

London Bridge is falling down, Falling down, falling down. London Bridge is falling down, My fair lady.
Begitulah bunyi lirik lagunya.
Lagu ini merupakan lagu permainan yang biasa dimainkan anak-anak di Inggris. Dengan dua anak berdiri berhadapan sambil memegang kedua tangan membentuk sebuah jembatan. kemudian anak lainnya berputar dibawah kedua tangan anak yang bergandengan tadi. (kalau di Indonesia mungkin seperti permainan Ular Naga, atau kalau di daerah Surabaya dikenal dengan Bor Selebor.)
Sepintas memang jika diperhatikan dari segi melodi, lagu ini sudah memenuhi unsur lagu anak-anak yang semestinya, yaitu bunyi melodi yang sederhana, diulang-ulang, dan bertangga nada mayor. Tapi coba periksa baik-baik liriknya. Cukup mengerikan bukan? Yaah.. mungkin sebagian hanya berpendapat ini hanyalah lagu permainan anak-anak. Tapi kalian tau nggak asal mula lagu ini diciptakan? dan apa makna dari lirik lagu ini?
Oke…. singkat sejarah, Lagu di atas menceritakan tentang jatuhnya jembatan London berulang – ulang karena kesalahan pemilihan bahan untuk membangun sebuah jembatan, atau memang perencana bangunannya saja yang kurang pandai saat membangunnya. hehe..

Namun, ternyata ada cerita menyeramkan di balik semua itu. Diduga jembatan London dibangun dengan praktek hukuman immurement. Yaitu hukuman mati di mana seseorang dibiarkan di dalam sebuah bangunan berdinding dan dibiarkan mati kelaparan dan dehidrasi di dalamnya. Hal ini berbeda dengan dikubur hidup-hidup di mana sang korban tewas dalam waktu singkat karena kehabisan oksigen.
Tradisi ini dilakukan karena kepercayaan para masyarakat Eropa kuno yang percaya bahwa bangunan akan berdiri lebih kokoh setelah pelaksanaan hukuman mati ini. lagu ini dinyanyikan dengan dua orang menyatukan tangan mereka membentuk lengkungan, dan anak lainnya berlarian melewati lengkungan itu. Di akhir suatu bait di lagu ini, tangan kedua orang tersebut diturunkan dan anak terakhir yang melewatinya akan tertangkap di dalamnya. Hal itu menggambarkan ritual immurement bukan?

Tooryanse

Toryanse, toryanse Koko wa doko no hosomichi ja? Tenjin-sama no hosomichi ja Chitto toshite kudashanse Kono ko no nanatsu no oiwai ni O-fuda wo osame ni mairimasu Iki wa yoi yoi, kaeri wa kowai Kowai nagara mo Toryanse, toryanse
Nah… kalau lagu yang satu ini datangnya dari Jepang. Sebenarnya ini lagu permainan anak-anak Jepang yang cara mainnya hampir sama seperti lagu London Bridge is Falling Down tadi. Hanya saja dari awal hingga akhir lagu melodinya memang terkesan agak menakutkan (menurut sebagian orang). Tidak hanya itu, ada juga beberapa lirik yang menurut penafsiranku sedikit berbau mistis. Perhatikan terjemahan liriknya:
Melewati, melewati Dimana jalan sempit ini menuju? Ini adalah jalan ke Kuil Tenjin Tolong biarkan kami lewat Orang yang tidak usaha biasanya tidak diizinkan lewat Anak ini sekarang berusia tujuh tahun Kami datang untuk membuat penawaran kami Pergi dengan aman, tetapi tidak kembali (Bagian menyeramkannya) Jika anda siap, pergilah melalui, melewati

Jimmy Crack Corn

Jimmy crack corn and I don’t care, Jimmy crack corn and I don’t care, Jimmy crack corn and I don’t care, My master’s gone away.
Mulanya lagu ini merupakan penggalan lagu dari lagu asli berjudul “Blue Tail Fly” yang pertama ditulis pada tahun 1840. ‘Blue tail fly’ merupakan lalat penghisap darah yang biasanya mewabah di wilayah pertanian. Lagu ini menceritakan tentang seorang budak yang tidak bahagia dengan hidupnya. Sehari-hari dia melayani tuannya dan mengikuti sang tuan yang sedang berkuda sambil mengusir lalat-lalat penghisap darah yang beterbangan di sekitar tuannya itu. Namun, seekor lalat menggigit kuda yang dikendarai oleh sang tuan. Kuda itu pun kaget dan melompat yang menyebabkan sang tuan jatuh dan terbunuh.

Teru Teru Bozu Song

Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure Itsuka no yume no sora no yō ni Haretara kin no suzu ageyo    Teru-teru-bōzu, teru bōzu  Ashita tenki ni shite o-kure  Watashi no negai wo kiita nara Amai o-sake wo tanto nomasho    Teru-teru-bōzu, teru bōzu  Ashita tenki ni shite o-kure  Sorete mo kumotte naitetara Sonata no kubi wo chon to kiru zo
 
Ini merupakan lagu tradisional Jepang. Teru Teru Bozu sendiri merupakan boneka tradisional khas Jepang yang dipercaya sebagai boneka penangkal hujan. Biasanya boneka ini dibuat dari kertas tisu atau kain putih, dan biasanya digantung di dekat jendela atau pohon.
Lalu apanya yang mengerikan? hehe… sabar… Sebenarnya lagu ini akan terasa mengerikan jika kalian tau terjemahan dari lagu ini. Karena aku baik, aku kasih deh terjemahannya ^_^
Teru-Teru-bōzu, Teru bōzu 
Jangan membuat esok hari yang cerah Seperti langit dalam mimpi suatu waktu Jika cerah aku akan memberimu sebuah bel emas Teru-Teru-bōzu, Teru bōzu Jangan membuat esok hari yang cerah Jika Anda membuat keinginan saya menjadi kenyataan Kami akan minum banyak anggur beras manis Teru-Teru-bōzu, Teru bōzu Jangan membuat esok hari yang cerah Tetapi jika awan menangis (hujan) Lalu aku akan memotong kepala (ini letak mengerikannya)
Itu tadi dari segi liriknya. Bagaimana dengan melodinya? hmm… kalau menurutku pada bait pertama dan kedua “Teru-teru-bōzu, teru bōzu, Ashita tenki ni shite o-kure” memang memakai tangga nada mayor (nuansa cerianya terasa). Tapi saat sampai pada bait ke tiga dan empat “Itsuka no yume no sora no yō ni,  
Haretara kin no suzu ageyo” nuansa mayor tadi berubah seketika menjadi minor (nuansa sedih, bahkan mungkin sedikit serem O_O). Begitulah melodi itu diulang-ulang pada lirik berikutnya.
Fakta: teru teru tuh aslinya akan kupotong kepalamu (boneka tentunya), dan d sini artiannya d cabut bonekanya (teru teru bhozu itu cara make nya d gantung dan bentuknya itu cuman kepala doank), jadi saat keinginan bocah yg masang teru teru bhozu untuk cerah itu tidak di penuhi, maka c bonekanya bakal d cabut.
Teru teru bhozu juga bisa d pasang terbalik (kepalanya dibawah), itu tanda kalo c pemasang kecewa dengan teru teru bhozu ataujuga c pemasang meminta kebalikan dari fungsi teru teru yg biasa yaitu biar besok nya ujan, mitosnya semakin banyak dan besar teru teru bhozu yg d pasang maka permintaannya pun akan semakin besar peluang kemungkinannya untuk terkabul

Blow The Man Down

Come all ya young fellers that follow the sea, With a yo ho! Blow the man down, Now just pay attention and listen to me, Give me some time to blow the man down. Aboard the Black Baller I first served my time, With a yo ho! Blow the man down, But on the Black Baller I wasted my time, Give me some time to blow the man down.
Lagu yang menceritakan tentang kehidupan pelaut ini memiliki beberapa versi lirik. Salah satunya adalah lirik di atas yang menyebutkan Black Baller, yang merupakan nama sebuah kapal pada abad 19. Kapal ini didesain menjadi sebuah kapal dengan kecepatan tinggi. Selain kecepatannya yang tinggi, kapal ini juga terkenal dengan kelakuan kasar para kru kapal terhadap pelayar yang baru bergabung dengan mereka. Arti sesungguhnya dari “Blow the man down” sendiri merupakan pukul dia dengan kepalan tanganmu sampai dia jatuh tersungkur. Akan tidak pantas jika anak-anak mengetahui arti dari judul lagu yang sering mereka nyanyikan ini bukan?

Here We Go ‘Round the Mulberry Bush

Here we go ’round the mulberry bush, The mulberry bush, The mulberry bush. Here we go ’round the mulberry bush So early in the morning.
Lagu yang populer di kalangan anak-anak di Inggris ini pertama diperkenalkan oleh mantan Gubernur Wakefield R.S. Duncan yang menyebutkan lagu itu di dalam bukunya yang berjudul ” ‘Here we go round the mulberry bush’ The House of Correction 1595 / HM Prison Wakefield ” yang dirilis pada tahun 1995. Dia menemukan lagu ini pertama kali saat mengunjungi penjara Wakefield. Seorang tahanan wanita yang diduga menderita penyakit mental menyanyikan lagu ini sambil membayangkan dirinya sedang bergandengan tangan dengan anak-anaknya.

Kagome Kagome

Kagome kagome Kago no naka no tori wa Itsu itsu deyaru yoake no ban ni Tsuru to kame to subetta Ushiro no shomen daare.
Terjemahan:
Kagome, Kagome, burung dalam sangkar, Kapan kapan kau keluar? Saat malam dini hari
Burung jenjang dan penyu tergelincir
Siapa yang ada tepat di belakang?
Kagome kagome adalah permainan tradisional asal Jepang yang dimainkan oleh anak-anak sekolah dasar. Dengan jumlah sebanyak 6 orang, mereka bermain dengan membentuk lingkaran dan berjalan mengitari salah satu dari pemain yang berjaga atau disebut dengan Oni. Oni harus duduk ditengah-tengah sambil menutup mata dengan kedua tangannya.
Tidak hanya memutarinya, para pemain lain juga menyanyikan lagu anak dengan judul Kagome Kagome. Setelah lagu selesai dinyanyikan, putaran pemain juga berhenti dan saat itu juga Oni harus menebak nama pemain yang berdiri tepat dibelakangnya. Kalau berhasil menebak, pemain yang disebutkan namanya harus gantian jadi Oni dehh.. hehe.. Tapi tunggu dulu.. letak seramnya ada pada legenda dan mitos lagu beserta permainan ini.
Sebenarnya ada berbagai penafsiran sih tentang arti dari “Kagome” itu sendiri. Ada yang bilang Kagome itu adalah sebuah sangkar burung yang terbuat dari bambu, yang didalamnya terdapat seekor burung yang sedang terjebak di sangkar itu. Ada juga yang menafsirkan Kagome adalah sebagai tempat hukuman mati yang dikelilingi pagar bambu. Cukup jelas juga sih, biasanya kan memang kita lihat para tawanan yang akan dieksekusi mati matanya selalu tertutup.
Ada yang lebih seram bin mengerikan lagi, yaitu kata “Kagome” memiliki arti lingkaran setan. waduh…?? O_O soalnya ada beberapa orang menyebut bahwa permainan ini menjurus pada simbol-simbol illuminati yang bisa dilihat dari 6 orang anak tadi yang bergandengan membentuk sebuah lingkaran yang lebih tepatnya membentuk hexagram (segi enam) yang erat dengan simbol illuminati.
Itu tadi adalah versi asli lagunya. Ada beberapa musisi asal Jepang yang meremix lagu ini dan tak kalah menyeramkannya. Bahkan hingga dibuat sebuah soundtrack anime horor. Penasaran?

She’ll Be Coming ‘Round the Mountain

he’ll be coming round the mountain when she comes (2x)
She’ll be coming round the mountain (2x) She’ll be coming round the mountain when she comes.
Singing ‘ay, ay, yippee, yippee ay!’ Singing ‘ay, ay, yippee, yippee ay!’ Singing ‘ay, ay, yippee, ay, ay, yippee!’ Singing ‘ay, ay, yippee, yippee ay!’
She’ll be driving six white horses when she comes (2x) She’ll be driving six white horses, (2x) She’ll be driving six white horses when she comes.
Teringat lagu sebuah produk makanan di Indonesia? hehe… atau mungkin sedikit mirip sama lagunya Om Didi Kempot yang Cucak Rowo ya..? Aransemen original dari lagu ini berasal dari lagu yang populer pada jaman perbudakan silam yang berjudul “When The Chariot Comes”.
Kedua lagu ini memiliki struktur lagu, melodi, dan bahkan satu kalimat sama yang sering diulang di dalam lagu, yaitu “when she comes”. Salah satu lirik lagu original, “King Jesus, he’ll be driver when she comes”, mengartikan bahwa Jesus (atau Nabi Isa AS) akan kembali ke bumi dengan mengendarai sebuah kereta kuda.
Kata ‘she’ pada kalimat “when she comes” mewakilkan kereta kuda tersebut. Kapankah Dia kembali ke dunia ini? Ya, Anda benar, Dia akan datang pada hari Kiamat. Katanya lagu ini diciptakan untuk menyambut hari di mana semua kehidupan manusia berakhir di dunia. Naah Loohhh..! O_O

Nina Bobo

“Nina bobo, oh.. nina bobo.. Kalau tidak bobo di gigit nyamuk…” Lagu tersebut sudah ada sejak nenek moyang kita. Tapi tahu kah anda di balik lagu yang cukup sederhana itu ada kisah tragis di balik ceritanya? Kelihatan memang gak ada yang ganjil dari lagu tersebut, tapi pernahkah anda coba bertanya pada seseorang tentang siapakah gadis bernama Nina dari lagu tersebut? Beberapa dekade setelah kedatangan Cornelis de Houtmen di Banten, warga negara Belanda dari berbagai kalangan sudah memenuhi pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya di Indonesia.
Alkisah seorang gadis belia asal Belanda bernama Nina Van Mijk, gadis yang berasal dari keluarga komposer musik klasik sederhana yang menetap di Nusantara untuk memulai hidup baru karena terlalu banyak saingan musisi di Belanda. Hidup Nina berjalan normal seperti orang-orang Belanda di Nusantara pada umumnya, berjalan-jalan, bersosialisasi dengan penduduk pribumi, dan mengenal budaya Nusantara.
Kedengaran indah memang, tapi semenjak kejadian aneh itu keadaan menjadi berbanding terbalik. Kejadian aneh itu terjadi pada suatu malam badai, petir gak henti-hentinya saling bersahutan. Dari dalam kamarnya Nina menjerit keras sekali, di ikuti suara vas bunga yang terjatuh dan pecah. Ayah, Ibu serta pembantu keluarga Nina menghambur ke kamar Nina. Pintu terkunci dari dalam, akhirnya pintu itu didobrak oleh ayah Nina.
Dan satu pemandangan mengerikan disaksikan oleh keluarga itu, terlihat diranjang tidur Nina melipat tubuhnya kebelakang persis dalam posisi kayang merayap mundur sambil menjerit-jerit dan sesekali mengumpat-ngumpat dengan bahasa Belanda. Rambutnya yang lurus pirang menjadi kusut gak keruan, kelopak matanya menghitam pekat. Itu bukan Nina, itu adalah jiwa orang lain didalam tubuh Nina. Nina Kerasukan!
(gambar hanya ilustrasi)
Sudah seminggu berlalu semenjak malam itu, Nina dipasung didalam kamarnya. Tangannya diikat dengan seutas tambang. Keadaan Nina makin memburuk, tubuhnya semakin kurus dan pucat, rambut pirang lurusnya sudah kusut gak karuan. Ibu Nina hanya bisa menangis setiap malam ketika mendengar Nina menjerit-jerit.
Ayah Nina gak tahu harus berbuat apa lagi, karena kejadian aneh seperti ini gak pernah diduganya. Karena putus asa dan gak tahan melihat keadaan anaknya, ayah Nina pulang ke Belanda sendirian meninggalkan anak dan istrinya di Nusantara. Pembantu rumahnya pun pergi meninggalkan rumah itu karena takut. Tinggallah Nina yang dipasung dan Ibunya disatu rumah yang gak terurus. Kembali lagi pada satu malam badai namun aneh, saat itu terdengar Nina gak lagi menjerit-jerit seperti biasanya.
Kamarnya begitu hening, perasaan ibu Nina bercampur aduk antara bahagia dengan takut. Bahagia bila ternyata anaknya sudah sembuh, tetapi takut bila ternyata anaknya sudah meninggal. Ibu Nina mengintip dari sela-sela pintu kamar Nina, dan ternyata Nina sedang duduk tenang diatas ranjangnya. Gak berkata apa-apa tapi sejurus kemudian dia menangis sesengukan. Ibu Nina langsung masuk kedalam kamarnya dan memeluk Nina erat-erat. Sambil menangis nina berkata: “Ibu, aku takut..” Lalu Ibunya menjawab sambil menangis pula. “Gak apa nak, Ibu ada disini.
Kamu gak perlu menangis lagi, ayo kita makan. Ibu tahu kamu pasti lapar..” “Aku gak lapar, tetapi bolehkah aku meminta sesuatu?” “Apapun nak..! apapun..!!” “Aku ngantuk, rasanya aku akan tertidur sangat pulas. Mau kah ibu nyanyikan sebuah lagu pengantar tidur untukku?” Ibu Nina terdiam, agak sedikit gak percaya dari apa yang didengar oleh anaknya. Tapi kemudian ibu Nina berkata sambil mencoba tersenyum. “Baiklah, ibu akan menyanyikan sebait lagu untukmu..” Saya yakin anda sudah tahu lagu apa yang dinyanyikan oleh Ibu Nina.
Setelah sebait lagu itu Nina terlelap damai dengan kepala dipangkuan ibunya, wajah anggunnya telah kembali. Ibu Nina menghela nafas lega, anaknya telah tertidur pulas. Tapi.. Nina gak bergerak sedikit pun, nafasnya gak terdengar, denyut nadinya menghilang, aliran darahnya berhenti. Nina telah tertidur benar-benar lelap untuk selamanya dengan sebuah lagu ciptaan ibunya sebagai pengantar kepergian dirinya setelah berjuang melawan penderitaan.
nina bobo
Source: http://tsamratulfuaidah.blogspot.com/2013/01/seramnya-lagu-anak-anak.html http://www.kaskus.co.id/thread/51fdf7cfa3cb17d330000007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar