A. Pemberontakan PKI di Madiun
-
Diawali dari keingian Amir Syarifuddin untuk
menjatuhkan kabinet Hatta pada tanggal 26 Febuari 1948.
-
Mendirikan Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang berasal
dari Partai Sosialis, Partai Komunis Indonesia (PKI), Persindo, PBI, dan SOBSI
pada tanggal 28 Juni 1948.
-
Langkah yang dilakukan FDR untuk menyusun
kekuatan:
o
Membentuk Front Nasional melalui parlemen.
o
Menghasut rakyat untuk melakukan mogok kerja.
o
Menarik pasukan yang pro-FDR untuk memperkuat
wilayah.
o
Menjadikan
Madiun sebagai basis pemerintahan dan Surakarta sebagai daerah liar
(kacau) untuk mengalihkan perhatian TNI.
-
Partai-partai FDR melebur menjadi PKI,
menempatkan Muso dan Amir Syarifuddin sebagai ketua dan sekertaris pertahanan
yang melakukan kegiatan:
o
Meningkatkan propaganda tentang PKI.
o
Menghasut rakya agar anti-pemerintah.
o
Mengadudomba antarkesatuan TNI, sehingga terjadi
pemberontakan TNI di Madiun dengan sebutan Madiun Affair.
-
Untuk menyelesaikan konflik antarkesatuan TNI,
pemerintah mengangkat Kol. Gatot Subroto sebagai Gubernur Militer untuk wilayah
Surakarta dan sekitarnya. Sehingga pasukan yang pro-PKI dapat dipaksa mundur
dari Surakarta tanggal 17 September 1948.
-
Peristiwa di Surakarta tanggal 18 September 1948
hanyalah pengalihan perhatian saja dimana Sumarsono dari Partai Persindo dan
Letkol. Dahlan dari Brigade 29 yang pro-PKI menggalang kekuatan untuk merebut
kekuasaan di Madiun.
-
Muso dan Amir Syarifuddin pada hari yang sama
memproklamasikan berdirinya pemerintahan Soviet Republik Indonesia.
-
Tanggal 19 September 1948 mengumumkan
pemerintahan baru di Madiun.
-
Pemerintah menawarkan kepada rakyat untuk
mengikuti Muso dengan PKI atau tetap mengikuti pemerintah Soekarno-Hatta.
-
Pemerintah mengangkat Kol. Sungkonon sebagai Gubernur
Militer dan membentuk provinsi Jawa Timur sebagai Daerah Istimewa.
-
Walaupun mendapat serangan dari PKI< Kabinet
Hatta tetap mampu melaksanakan reorganisasi dan rasionalisasi dengan cara:
o
Pelepasan tentara untuk melepaskan ketentraannya
dan kembali menjadi ke pekerjaanya semula.
o
Pembentukan 100 laskar dari masyarakat dan
menyerahkan penampungan kepada Kementerian Pembangunan dan Pemuda.
-
Madiun dapat dikuasai tanggal 30 September 1948
melaui penyerangan dari arah barat oleh Divisi Siliwangi dan dari timur oleh
pasukan Kol. Sungkono dan Brigade Surachman.
-
Semula komando operasi militer dipegang oleh
Panglima Besar Jend. Soedirman, karena beliau sakit akhirnya operasi
penumpakasan PKI Madiun dipegang oleh Kol. A.H. Nasution.
-
Muso dapat ditembak mati dalam pelariannya dan
Amir Syariffudin tertangkap bersama rombongannya di hutan Ngrambe, Gorobogan
(Purwodadi) kemudian dihukum mati di Jogja.
B. Negara-Negara Federal Bentukan Van Mook
-
Pembentukan negara federal dirintis oleh Van
Mook sebagai wakil Gubernur Jendral Hindia Belanda dalam Konfrensi Malino
(15-25 Juli 1946) dan Konfrensi Pangkal Pinang, serta Konfrensi Denpasar (18-24
Desember 1946).
-
Negara-negara federal bentukan Van Mook:
o
Negara Indonesia Timur
o
Negara Pasundan
o
Negara Madura
o
Negara Sumatera Timur
o
Negara Sumatera Selatan
o
Negara Jawa Timur
-
Belanda
juga membuat 9 daerah otonom yaitu: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Dayak Besar, Banjar, Kalimantan Tenggara, bangka, Belitung,
Riau, dan Jawa Tengah termasuk Republik Indonesia.
-
Belanda membentuk badan permusyawaratan federal
(BFO) yang diketui Sultan Hamid II dari Pontianak tanggal 27 Mei 1948 untuk
mengendalikan Republik Indonesia Serikat.
-
Republik Indonesia Serikat dibubarkan akibat
tuntutan rakyat untuk kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
tanggal 15 Agustus 1950.
C. Pemberontakan Darul Islam dan Tentara Islam
Indonesia (DI/TII)
-
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat disebabkan
oleh kekosongan kekuasaan hasil perjanjian renville dimana anggota TNI harus
ditarik mundur ke wilayah Republik Indonesia.
-
Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo adalah pemimpin
kelompok Hisbullah dan Sabilillah yang membentuk gerakan Darul Islam (DI)
dengan Tentara Islam Indonesia (TII).
-
DI/TII memproklamirkan Negara Islam Indonesia
(NII) pada tanggal 4 Agustus 1949.
-
Pemberontakan DI/TII di berbagai daerah:
i. Jawa Barat pimpinan S.M. Kartosuwiryo dilatarbelakangi
oleh pendirian Negara Islam indonesia dan ditumpas dengan operasi militer Pagar
Betis dan Baratayudha yang berhasil menangkap Kartosuwiryo di G. Geber,
Majalaya.
ii. Jawa Tengah pimpinan Amir Fatah dan
Kyai Mohammad Mahfudz Abdulrrahman (Kyia Somolangu/Romo Pusat).
Dilatarbelakangi oleh pemberontakan di pelosok Jawa Tengah dan pembentukan
pemberontak Merapi Merbabu Compleks (MMC). Upaya penumpasan:
o
Gerkan Benteng Negara pimpinan Letkol. Sarbini,
Letkol. M. Bachrun, dan Letkol. Ahmad Yani.
o
Divisi Diponegoro pimpinan Letkol. Ahmad Yani.
o
Operasi Merdeka Timur pimpinan Letkol. Soeharto.
o
Operasi Benteng Raiders di Pekalongan dan
Banyumas.
iii. Aceh pimpinan Daud Beureuh
dilatarbelakangi oleh kekecewaan rakyat Aceh karena diturunkannya Aceh menjadi
bagian dari Provinsi Sumatera Utara dan pernyataan Daud Beureuh tentang
diakuinya Aceh sebagai daerah dari Negara Islam Indonesia pimpinan Kartosuwiryo
tanggal 20 September 1953. Upaya penumpasan dengan cara operasi militer dan
musyawarah kerukunan rakyat Aceh bulan desember 1952 atas prakarsa Kol. M.
Jasin.
iv. Sulawesi Selatan pimpinan Kahar Muzakar
yang dilatarbelakangi oleh :
o
Penolakan usul Kahar Muzakar agar Komando
Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dimasukkan kedalam Angkatan Perang Republik
Indonesia (APRIS).
o
Tawaran pemerintah RI menjadikan KGSS sebagai Korps
Cadangan Nasional dengan Kahar Muzakar sebagai komandannya.
o
Pernyataan Kahar Muzakar bahwa Sulawesi Selatan
sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia.
Upaya penumpasan dengan operasi militer Divisi Siliwangi yang berhasil
menembak mati Kahar Muzakar.
v. Kalimantan Selatan pimpinan Ibnu Hajar
(Haderi bin Umar alias Angli) yang dilatarbelakangi oleh :
o
Pernyataan Kahar Muzakar bahwa Kalimantan
Selatan sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia.
o
Penggalangan gerakan rakyat “Kesatuan Rakyat
yang Tertindas (KRYT)”
o
Penyerangan pos TNI sejak Oktober 1950.
Berhasil ditumpas dengan tindakan persuasif (ajakan) untuk bergabung
kedalam APRIS namun hal ini dimanfaatkan DI/TII untuk mencuri persenjatan TNI.
Akhirnya dilakukan operasi militer dan menghukum mati Ibnu Hajar tanggal 22
Maret 1966.
D. Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), Andi
Azis, dan Republik Maluku Selatan (RMS)
a. APRA pimpinan Kapten Westerling di Jawa
Barat bertujuan untuk mempertahankan kedudukan negara Pasundan dan kepentingan
ekonomi Belanda di Indonesia.
-
Tindakan/Aksi APRA:
o
Meneror, membunuh, dan menyerbu Kota Bandung
dari arah Cimahi tanggal 23 Januari 1950.
o
Menembak mati setiap anggota TNI yang dijumpai,
termasuk menembak Letkol. Lembong.
o
Westerling bersama Sultan Hamid II melakukan
kudeta untuk menyerbu sidang kabinet dan membunuh para menteri terutama Sri
Sultan Hamengkubuwono I (menteri pertahanan), A. Budiharjo (Sekjend.
Kementerian pertahanan), dan Kol. T.B. Simatupang (kepala staff angkat perang).
o
Melakukan fitnah dan penghasutan terhadap KNIL
dan Polisi untuk bergabung dengan APRA.
-
Upaya penumpasan:
o
Operasi militer tanggal 24 Januari 1950 pimpinan
Letkol. Eri sadewo berhasil mengusir tentara Belanda dan pimpinan Mayjend.
Engells berhasil menumpas gerombolan APRA.
o
Penangkapan dan pengkuman mati terhadap
Westerling dan Sultan hamid II, namun westerling berhasil melarikan diri dengan
menumpang pesawat Catalina milik Angkatan Laut Belanda.
b. Pemberontakan Andi Azis di Sulawesi
Selatan yang bertujuuan untuk mempertahankan keberadaan Negara Indonesia Timur.
-
Latar belakang:
o
Penolakan tuntutan And Azis oleh pemerintah RIS
mengenai APPRIS dari Ujung Pandang saja yang bertanggung-jawab atas wilayah
keamanan NIT.
o
Penolakan atas masuknya tentara APRIS dari Jawa
pimpinan Mayor. H. V. Worang.
-
Tindakan Andi Azis adalah menduduki dan
melakukan penyerangan terhadap pos-pos militer, serta menawan pejabat panglima
teritorium Indonesia Timur Letkol. Achmad Yunus Mokoginta.
-
Upaya penumpasan dilakukan operasi militer
pimpinan Kol. Alek Kawilarang dan terjadi pertempuran antara APRIS (TNI) dan
APRIS (KNIL) hingga pada tanggal 8 Agustus 1950 tercapai genjatan senjata.
c. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
pimpinan Dr. Chriistian Robbert Steven Soumokil.
-
Latar belakang:
o
Sikap Soumokil dibantu Manusama yang membujuk
anggota KNIL dan pasukan baret hijau yang terlibat dalam pembe-rontakan Andi
Azis untuk membentuk RMS.
o
Penolakaan Soumokil atas pembentukan NKRI dan
penyelesaian masalah secara damai.
-
Tindakan RMS pada tanggal 24 April 1950
memproklamasikan pembentukan RMS yang terlepas dari Negara Indonesia Timur dan
RIS. Serta menduduki kota Ambon dan menguasai Benteng Nieuw Victoria sebagai
pusat kkedudukan RMS.
-
Upaya penumpasan:
o
Pemerintah mengutus Dr. Leimena sebagai utama
damai, tetapi ditolak Soumokil.
o
Pendaratan operasi militer tanggal 14 Juli 1950
di Laha (P. Buru) untuk menguasi P. Buru, Seram, Tanibar, Aru, dan Kep. Kei.
o
Pertempuran terbuka dalam merebut Benteng Nieuw
Victoria yang menggugurkan Letkol. Slamet Riyadi.
o
Dr. Soumokil ditangkap tanggal 2 Desember 1963
dan dihukum mati oleh Mahkamah Luar Biasa.
E. Pemberontakan Pemerintah Revolusioner
Republik Indonesia (PRRI) dan Piagam Perjuangan Semesta (Permesta)
a. Pemberontakan Pemerintah Revolusioner
Republik Indonesia (PRRI) pimpinan Achmad Husein yang dilatarbelakangi oleh:
-
Ketidakharmonisan hubungan pemerintah pusat
dengan beberapa daerah akibat masalah ekonomi dan perimbangan keuangan karena
korupsi, perdebatan dalam konstituante, dan pertentangan masyarakat tentang
konsepsi presiden.
-
Penolakan pemerintah atas ultimatum Kol. Achmad
Husein dalam pertemuan PRRI tanggal 10 Febuari 1958.
-
Kecemburuan beberapa daerah di Sumatera dan
Sulawesi yang mengakibatkan terbentuk-nya
dewan –dewan daerah yang mendukung gerakan daerah yang bertujuan untuk
mengambil kekuasan pemerintah di daerah:
o
Dewan Banten di Sumatera Barat pimpinan Kol.
Achmad Husein
o
Dewan Gajah di Sumatera Utara pimpinan Kol.
Simbolon
o
Dewan Garuda di Sumatera Selatan pimpinan
Letkol. Barlian
o
Dewan Manguni di Sulawesi Utara pimpinan Kol.
Ventje Samual
-
Tindakan yang dilakukan:
o
Menyerbu pemerintah pusat saat terjadi
pergolakan politik dan ketidakstabilan.
o
Melakukan pertemuan tanggal 9 Januari 1958 di
Kota Sungai Dareng, Sumatera Barat tentang pembentukan pemerintahan baru dan
beberapa hal yang berhubungan dengan perekonomian. Pertemuan ini dihadiri oleh
Letkol. Achmad Husein, Letkol. Samual, Kol. Simbolon, Kol. Dachlan Djambek,
Kol. Zulkifli Lubis (dari kalangan militer) dan M. Natsir, Syarif Usman,
Burhanuddin Harahap, Syafirudin Prawiranegara (dari kalangan sipil).
o
Pertemuan tanggal 10 Febuari 1958 di Kota Padang
pimpinan Kol. Achmad Husein dan mengeluarkan ultimatum:
i.
Dalam waktu 5x24 jam Kabinet Djuanda harus
menyerahkan mandatnya kepada Presiden.
ii.
Menugaskan presiden agar Drs. Moh. Hatta dan Sri
Sultan Hameng-kubuwono IX untuk membentuk Zaken Kabinet.
iii.
Meminta presiden agar kembali kepada
kedudukannya sebagai Presiden Konstitusional.
o
Kol. Achmad Husein memproklamirkan berdirinya
PRRI tanggal 15 Febuari 1958, Syafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Menteri,
dan didukung Letkol. D. J. Somba bersama sekolompok masyarakat Indonesia Timur.
-
Upaya
penumpasan:
o
Sidang Dewan Menteri tanggal 11 Febuari 1958 di
Jakarta untuk menolak ultimatum PRRI dan memecat secara tidak hormat kalangan militer yang terlibat.
o
Kepala staff AD, Mayjend. A. H. Nasution tanggal
12 Febuari 1958 membekukan Komando Daerah Militer Sumatera Tengah untuk dibawah
pengawasan AD.
o
Melakukan operasi militer gabungan:
i.
Operasi Tegas pimpinan Letkol. Kaharuddin
Nasution di Pekanbaru, Riau.
ii.
Operasi 17 Agustus pimpinan Kol. Ahmad Yani di
Kota Padang dan Bukit Tinggi, Sumatera Barat.
iii.
Operasi Saptamarga pimpinan brigjend. Djatikusuma
di Sumatera Utara.
iv.
Operasi sadar pimpinan Kol. Ibnu Sutowo di
Sumatera Selatan.
o
Achmad Husein dan tokoh-tokoh lainnya
menyerahkan diri tanggal 29 mei 1961.
b. Pemberontakan Piagam Perjuangan Semesta
(Permesta) pimpinan Letkol. Ventje
Samual di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah yang dilatarbelakangi oleh
beberapa hal yang sama dengan pemberontakan PRRI.
-
Tindakan Permesta pada tanggal 15 Febuari 1958
memproklamasikan berdirinya gerakan separatis yang bernama “Piagam Pergerakan
Rakyat Semesta (Permesta)”.
-
Upaya penumpasan dengan operasi militer Komando
Operasi Merdeka pimpinan Letkol. Rukminto Hendradiningrat.
o
Operasi Saptamarga I pimpinan Letkol. Soemarsono
di Sulawesi Utara bagian tengah.
o
Operasi Saptamarga II pimpinan Letkol. Agus Prasmono.
o
Operasi Saptamarga III pimpinan Letkol. Magenda
o
Operasi Saptamarga IV piminan Letkol. Rukminto
Hendradiningrat.
o
Operasi Mena I pimpinan Letko. Pieters dengan
sasaran Jailolo, Ternate.
o
Operasi Mena II pimpinan Letkol. KKO Hunholz
untuk merebut lapangan udara Morotai, Halmahera Utara.
F. Gerakan 30 September 1965 – Partai Komunis
Indonesia (G30S – PKI)
1. Latar belakang munculnya G30S – PKI
Terjadi banyak penyimpangan terhadap ideologi Pancasila, konstitusi UUD
1945 serta politik luar negeri yang bebas aktif pada masa Orde Lama.
Penyimpangan terhadap dasar ideologi dan konstitusi tersebut dimanfaatkan oleh
Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk memperoleh kesempatan dan menyusun kekuatan
guna melakukan perebutan kekuasaan (kudeta). Bentuk-bentuk penyimpangan yang
memuncul dan berkembangnya PKI:
a. Penyimpangan terhadap ideoogi pancasila dan
konstitusi UUD 1945
-
Pendidikan kaden nasionalis, agama, dan komunis
(nasakom) yang dilaksanakan tanggal 1-10 Juli 1965 dengan inti ajaran nasakom
yang berarti:
i.
Nasionalis diwakili oleh Partai Nasional
Indonesia (PNI).
ii.
Agama yang diwakili oleh Nahdlatul Ulama (PNI).
iii.
Komunis yang diwakili oleh Partai Komunis
Indonesia (PKI).
Ajaran komunis yang berpaham internasional-isme tersentralistik dan tidak
bertuhan (ateis) bertentangan dengan Pancasila
yang berpaham Ketuhanan Yang Maha Esa.
-
Pembentukan Front Nasional sesuai Peraturan
Presiden No. 13/1959 tanggal 31 Desember 1959 yang bertujuan menyelenggarakan
pembangunan semesta nasional yang dapat dikuasai dan dipengaruhi oleh PKI.
-
Pembentukan DPR-GR dan MPRS tanpa melalui proses
pemilu pada tanggal 25 Juni 1960 sesuai ketetapan presiden No. 2/1959.
Pembentukan DPR-GR dan MPRS tanpa pemilu merupakan penyimpangan terhadap UUD
1945.
-
Pengangkatan presiden seumur hidup dalam sidang
umum ke-II MPRS di Bandung tanggal 15-22 Mei 1963. Kesepakatan tentang
pengangkatan presiden seumur hidup bertentangan dengan UUD 1945.
-
Penetapan manifesto politik (manipol) sebagai
GBHN dalam pidato presiden yang berjudul
“ Penemuan Kembali Revolusi Kita” yang dinyatakan sebagai satu-satunya
ajaran (doktrin) revolusi Indonesia.
b. Penyimpangan terhadap politik luar negeri
Indonesia yang bebas aktif
-
Membagi kekuatan politik dunia oleh Presiden
Soekarno dan Menteri Luar Negeri Dr. Subandrio menjadi:
i.
Old Established Forces (oldefo) : negara
imperialis, kolonialis, dan kapitalis serta negara yang berkembang cederung
pada imperialis dan kolonialis.
ii.
New Emerging Forces (nefo) : negara berkembang
yang anti-imperialis/ kolonialis dan
negara sosialis serta komunis. Indonesia termasuk negara nefo.
-
Mencangkan politik mercusuar dengan
menyelenggarakan pesta olahraga negara-negara nefo pada tanggal 10-22 November
1963 yang bernama “ Games of The New Emerging Forces/Ganefo”.
-
Membentuk poros Jakarta-Peking melalui jalinan
hubungan politik antara Indonesia – RRC yang berstatus negara blok timur.
-
Bertikai dengan Malaysia.
-
Keluar dari keanggotaan PBB.
Faktor pendukung tampilnya PKI karena kemampuannya untuk senantiasa
tampil pada baris terdepan yang seolah-oleh mendukung segala kebijakan
presiden. Ketika Indonesia melakukan Politik Konfrontasi dengan Malaysia, PKI
berusaha tampil cepat dengan berbagai semboyannya seperti “Ganyang Malaysia”
dan menjadi andalan presiden untuk membina hubungan dengan negara-negara
komunis dan menggalang politik poros.
Berbagai siasat PKI dalam merencanakan pemberontakan dan pengkhianatan
terhadap bangsa Indonesia.
-
Kegiatan di bidang politik:
o
Menghasut presiden soekarno untuk membubarkan
Partai Murba lawan politik PKI
o
Menghasut rakyat Indonesia agar melawan PKI
o
Melakukan aksi amuk massa dan demonstrasi dengan
dalil meningkatkan kesejahteraan rakyat
o
Melakukan serangan secara politik dan kekerasan
terhadap kelompok yang anti-komunis
o
Membuat isu/kontroversi tentang adanya Dewan
Jendral yang berasal dari perwira AD
o
Mengusulkan agar dibentuk Angkatan Kelima yang
terdiri dari kaum buruh dan tani yang dipersenjatai
o
Mengusulkan kepada presiden agar membentuk
Kabinet Nasakom agar PKI mendapatkan kursi
dalam Kabinet Dwikora
-
Kegiatan di bidang sosial budaya
o
Melarang semua kegiatan yang berbau
neo-iperialisme/kolonialisme
o
Mempengaruhi dan menguasai kegiatan sosial
melalui organisasi Pemuda Rakyat dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani)
o
Membentuk organisasi Lembaga Kebudayaan Rakyat
(Lenkra) untuk menyebarkan ajaran komunis serta mengecam penerbitan buku-buku,
majalah, dan pemutaran film yang memiliki unsur budaya neo-imperialisme dan
kolonialisme
o
Menghasut rakyat Boyolali (Jawa Tengah) dan
Bandar Betsy (Sumatera Utara) untuk merampas tanah milik orang lain untuk
dibagikan kepada Barisan Tani Indonesia (BTI)
2. Pemberontakan G30S – PKI di Jakarta
a. Perencanaan
-
Melatih anggota PKI yang disebut Sukarela-wan
Kita (Sukta) yang terdiri dari anggota Pmuda Rakyat, Gerwani, dan
organisasi/ormas PKI lainnya.
-
Tempat latihan militer PKI di Lubang Buaya
tanggal 5 Juli – 30 September 1965 dan di Rawa Binong 30 Agustus – 4 September
1965.
b. Pelaksanaan
-
Gerakan pemberontakan bersenjata dipimpin oleh
Kol. Untung Sutopo (Komandan Batalyon I Resimen Cakrabirawa).
-
Pada tanggal 1 Oktober 1965 pukul 02.30 dini
hari berhasil menculik enam perwira tinggi dan seorang perwira pertama,
yaitu:
o
Letjend. Ahmad Yani (Men/Pangad)
o
Mayjend. R. Suprapto (Deputi II Men/Pangad)
o
Mayjend. Haryono Mas Tirtodarmo (Deputi II
Men/Pangad)
o
Mayjend. Suwondo Parman (Asisten I Men/ Pangad)
o
Brigjend. Donald Izacus Siswomihardjo (Asisten
IV Men/Pangad)
o
Brigjend. Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur
Kehakiman/Oditur Jendral TNI AD)
o
Lettu. Pierre Andreas Tendean (Ajudan Jend.
Nasution)
o
Brigadir Polisi Karel Sasuit Tubun.
-
Tanggal 1 Oktober 1965 berhasil menguasai Studio
Pusat RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi di Jalan Merdeka
Selatan untuk menyampaikan pengumuman melalui RRI sebagai berikut:
o
Pukul 07.20 diulang pukul 08.15 pagi mengenai
adanya gerakan jendral-jendral dari anggota Dewan Jendral yang akan melakukan
kudeta terhadap pemerintah.
o
Pukul 13.00 menyiarkan sebuah dekrit tentang
pembentukan dewan resolusi di pusat dan di daerah-daerrah dan
mennon-aktifkan/pendemisioneran Kabinet Dwikora. Dewan Revolusi merupakan sumber
segala kekuasaan dalam NKRI dan kegiatan sehari-hari diwakili oleh presidium
dewan yang terdiri dari komandan dan wakil-wakil komandan G30S – PKI.
o
Pukul 14.00 mengumumkan dua buah keputusan
revolusi, yaitu:
i.
Susunan Dewan Revolusi terdiri dari 45 orang
yang diketuai oleh Letkol. Untung Sutopo dengan wakil-wakilnya Brigjend.
Supardjo, Letkol (udara) Heru, Kol. (laut) Sunardi, dan AKB Pol. Anwas.
ii.
Penghapusan pangkat jendral digantikan dengan
pangkat Letnan Kolonel sebagai pangkat tertinggi ABRI. Adapun Bintara dan
Tamtama yang ikut gerakan pembersihan “Dewan jendral” akan dinaikkan dua
pangkat.
3. Pemberontakan G30S – PKI di berbagai daerah
di Indonesia dan upaya penumpasannya
a. Di Jogjakarta dan Jawa tengah yang
diawali dengan pembentukan Dewan Revolusi di Jogjakarta yang diketuai oleh
Mayor Mulyono (Kepala Seksi Korem 072). Pada tanggal 1 Oktober 1965 para
pemberontak menculik dan membunuh Kol. Katamso Dharmokusumo (Kepala Korem 072)
dan Letkol. Sugiona (Kepala Staf Korem 072).
b. Di Surakarta (JawaTengah) yang didukung
oleh beberapa perwira dan anggota Brigade Infantri IV serta didukung Oetomo
Ramelan (Walikota).
c. Di Wonogiri (Jawa Tengah) diawali
dengan pembentukan Dewan Revolusi ynag diketuai Bupati Wonogiri dan didukung
Komando Distrik Militer setempat.
d. Di Semarang (Jawa Tengah) yang
dipelopori oleh Kol. Sahirman (Asisten Intelijen Komandan VII?Diponegoro)
dengan melakukan aksi penguasaan stasiun radio RRI dan mengumumkan pembentukan
G30S – PKI.
Penumpasan pemberontakan G30S –
PKI di jakarta dan berbagai daerah
Oleh karena pimpinan di angkatan
darat telah gugur, maka pucuk pimpinan AD berada di tangan Mayjend. Soeharto
(Panglima Komando Strategis Angkatan Darat/Kostrad). Upaya penumpasan G30S –
PKI dilakukan secara hati-hati karena sulit diketahui mana yang lawan dan
kawan.
Hal-hal yang dapat diidentifikasi
berdasarkan laporan dan keadaan lapangan:
1.
Penculikan dan pembunuhan terhadap para jendral
sebagai upaya perebutan kekuasaan pemerintah.
2.
Pimpinan angkatan udara membantu usaha tersebut.
3.
Pasukan Bataylon 454/Para Divisi Diponegoro dan
Batalyon 530/Para divisi Brawijaya yang berda di Lapangan Banteng dalam rangka
ulang tahun ABRI 5 Oktober 1965 berdiri di pihak yang melakukan perlawanan.
Langkah-langkah operasi penumpasan:
1.
Koordinasi: mengordinasikan antarkesatuan agar
pasukan siaga di tempat untuk mencegah timbulnya bentrokan antarangkatan
bersenjata.
2.
Identifikasi masalah: memberi penjelasan kepada
utusan Pasukan Bataylon 454/Para Divisi Diponegoro dan Batalyon 530/Para divisi
Brawijaya yang menguasi Monumen Nasional dan Istana Negara bahwa mereka
diperalat PKI dengan alasan mengamankan presiden dari kudeta Dewan jendral.
Kedua batalyo ini diperintahkan untuk meninggalkan kawasan tersebut atau akan
dilakukan tindakan tegas dengan operasi militer. Pasukan Bataylon 454/Para
Divisi Diponegoro membangkan dan menyingkir ke Lanud. Halim Perdanakusuma untuk
bergabung dengan G30S/PKI.
3.
Merebut kembali sarana-sarana (Monas, Istana
Negara, dan sekitarnya) yang dikuasai G30S – PKI pada tanggal 1 Oktober 1965.
Adapun perebutan studio RRI dan kantor telekomunikasi dilakukan oleh pasukan
RPKAD pimpinan Kol. Sarwo Edhie Wibowo. Kemudian Mayjend. Soeharto mengumumkan
beberapa hal melalui RRI, yaitu:
-
Kerjasama untuk menumpas gerakan kontra-revolusi
yang bernama G30S – PKI.
-
Demisioner Dewan Revolusi Indonesia dan kabinet
Dwikora yang melakukan kudeta.
-
Menganjurkan kepada rakyat agar tetap tenang dan
waspada.
4.
Operasi pengamanan dan perebutan lanud Halim
Perdakusumah oleh kesatuan Kostrad yang membuat panik D.N Aidit sebagai
pimpinan tertinggi PKI hingga melarikan diri ke Jogjakarta pada tanggal 2
Oktober 1965.
Penumpasan G30S – PKI di Jawa Tengah
dipimpin oleh Brigjend. Surjosupeno (Pangdam VII/Diponegoro) dengan melakukan
operasi militer:
-
Operasi Merapi di Jawa Tengah pimpinan Kol. Sarwo
Edhie Wibowo.
-
Operasi Trisula di Blitar (Jawa Timur) pimpinan
Kol. M. Yassin dan Kol. Wetermin.
Beberapa
tokoh PKI (Nyono, Utomo Ramelan, Kumaruzaman, Kol. Sahirman, Kol. Latif dan
mayor Mulyono) berhasil ditangkap dan diadili oleh mahkamah militer luar biasa
(Mahmilub). Sedangakan ketua PKI D.N. Aidit berhasil ditembak mati oleh di
Surakarta dan Letkol. Untung Sutopo tertangkap di Tegal pada tanggal 11 Oktober
1965.
4. Pengevakuasian dan pemakaman Korban
-
Atas informasi Brigpol. Sukitman diketahui bahwa
beberapa jendral telah dibunuh di Lubang Buaya.
-
Proses penggalian mengalami kesulitan dan pada
tanggal 4 Oktober 1965 proses penggalian dilakukan oleh anggota RKPAD dan
pasukan KKO AL (ampfibi) yang dihadiri Mayjend. Soeharto.
-
Pusat penerangan Angkatan Darat memberikan
pengumuman seluruh warga ABRI (kususnya AD) untuk berkabung selama satu minggu,
para jenasah disemayamkan di Departemen Angkatan Darat, dan dimakamkan di TMP.
Kalibata pada tanggal 5 Oktober 1965.
-
Berdasarkan Kepres/Pangti ABRI/KOTI No. 111 tanggal
5 Oktober 1965 perwira AD korban G30S-PKI dianugrahi gelar Pahlawan revolusi.
5. Pembubaran PKI dan ormasnya
-
Tanggal 6 Oktober 1965, presiden Soekarno
memanggil kabinetnya untuk melaksanakan sidang di Istana Bogor. Presiden tidak
membenarkan G30S-PKI dan Dewan jendral.
-
Berdasarkan keputusan bersama selaku Penguasa
Pelaksana Perang (Pepelrada) pada tanggal 16 Oktober ditetapkan pembekuan
sementara untuk semua kegiatan PKI dan tujuh ormasnya, yakni PR, Gerwani, BTI,
Konsentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI), Perhimpunan Mahasiswa Indonesia
(Perhimi), Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI), Himpunan sarjana Indonesia
(HIS), dan SOBSI pada tanggal 27 Oktober 1965.
-
PKI dan ormasnya belum dibubarkan bahkan
sebagian anggotanya masih duduk dalam pemerintahan membuat rakyat gelisah.
Penderitaan rakyat semakin berat karena kondisi ekonomi merosot ditandai
semakin langka dan mahalnya kebutuhan pokok.
-
Aksi masyrakat yang dipelopori KAMI, KAPPI, KBI,
KASI, KAWI, dan KAGI membentuk Front Pancasila tanggal 26 Oktober 1965.
-
Pada tanggal 10 Januari 1966 melakukan
demonstrasi di gedung DPR-GR dan mengajukan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura):
1.
Bubarkan PKI dan Ormasnya
2.
Bersihkan kabinet dari unsur PKI
3.
Turunkan harga (perbaikan ekonomi)
-
Tanggal 24 Febuari 1966 terjadi bentrokaan saat
mahasiswa bermaksud menggagalkan pelantikan kabinet karena dicurigai terdapat
unsur PKI. Dalam peristiwa ini, Zubaidah dan Arief Rahman Hakim tewas terkena
peluru dari anggota Resimen Cakrabirawa.
-
Demo besar-besaran terjadi membuat Presiden Soekarno
membubarkan KAMI tanggal 26 Febuari 1966 dan menutup sementara Universitas
Indonesia pada tanggal 3 Maret 1966.
-
Pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno
mengeluarkan Surat perintah yang dikenal dengan Supersemar kepada Letjend.
Soeharto yang isinya:
1.
Membubarkan PKI dan ormas-ormasnya.
2.
Melakukan tindakan pengamanan terhadap 15
menteri Kabinet Dwikora yang diduga terlibat G30S-PKI.
3.
Menunjuk beberapa orang sebagai menteri ad interin
untuk mengisi kekosongan jabatan menteri.
4.
Membuka kembali perguruan tinggi untuk memulai kembali
kegiatannya.
sumber:
http://fastrans22.blogspot.com/2014/01/ips-sejarah-kelas-9-smp-tragedi.html
sumber:
http://fastrans22.blogspot.com/2014/01/ips-sejarah-kelas-9-smp-tragedi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar